Senin, 28 Desember 2009

HASIL SENSUS UMAT LINK. AGUSTINUS

Berdasarkan data diperoleh jumlah umat Yohanes Baptis adalah 77 orang, dengan grafik seperti dibawah ini :

Jenis kelamin :
  1. Laki - Laki : 32 Orang
  2. Perempuan : 45 Orang


Umur :
  1. Anak - anak (dibawah 10 tahun) : 9 Orang (4 Laki - laki, 5 Perempuan)
  2. Remaja (11 - 15 tahun) : 4 Orang (1 Laki - laki, 3 Perempuan)
  3. Mudika (16 - 30 tahun) : 10 Orang (1 Laki - laki, 9 Perempuan)
  4. Dewasa (31 - 60 tahun) : 39 Orang (16 Laki - Laki, 23 Perempuan)
  5. Lansia (Diatas 60 tahun) : 15 Orang (7 Laki - laki, 8 Perempuan)
Pekerjaan :
  1. PNS : 17 Orang
  2. Pegawai Swasta : 11 Orang
  3. Pegawai Wiraswasta : 9 Orang
  4. Lain - Lain : 34 Orang
  5. Tidak diketahui : 6 Orang



Pendidikan :
  1. SD : 8 Orang
  2. SMP : 4 Orang
  3. SMA : 44 Orang
  4. Diploma, Sarjana, S2 : 44 Orang
  5. Lain - lain : 5 Orang
  6. Tidak Diketahui : 16 Orang



Anda dapat mengunduh data selengkapnya disini.

HASIL SENSUS UMAT LINK. YOHANES BOSCO

Berdasarkan data diperoleh jumlah umat Yohanes Baptis adalah 127 orang, dengan grafik seperti dibawah ini :

Jenis kelamin :
  1. Laki - Laki : 66 Orang
  2. Perempuan : 61 Orang


Umur :
  1. Anak - anak (dibawah 10 tahun) : 18 Orang (14 Laki - laki, 4 Perempuan)
  2. Remaja (11 - 15 tahun) : 10 Orang (7 Laki - laki, 3 Perempuan)
  3. Mudika (16 - 30 tahun) : 23 Orang (11 Laki - laki, 12 Perempuan)
  4. Dewasa (31 - 60 tahun) : 59 Orang (31 Laki - Laki, 28 Perempuan)
  5. Lansia (Diatas 60 tahun) : 17 Orang (3 Laki - laki, 14 Perempuan)

Pekerjaan :
  1. PNS : 8 Orang
  2. Pegawai Swasta : 23 Orang
  3. Pegawai Wiraswasta : 3 Orang
  4. Lain - Lain : 58 Orang
  5. Tidak diketahui : 35 Orang


Pendidikan :
  1. SD : 8 Orang
  2. SMP : 9 Orang
  3. SMA : 44 Orang
  4. Diploma, Sarjana, S2 : 44 Orang
  5. Lain - lain : 5 Orang
  6. Tidak Diketahui : 16 Orang

Anda dapat mengunduh data selengkapnya disini.

HASIL SENSUS UMAT LINK. YOHANES BAPTIS

Berdasarkan data diperoleh jumlah umat Yohanes Baptis adalah 121 orang, dengan grafik seperti dibawah ini :

Jenis kelamin :
  1. Laki - Laki : 59 Orang
  2. Perempuan : 62 Orang


Umur :
  1. Anak - anak (dibawah 10 tahun) : 12 Orang (5 Laki - laki, 7 Perempuan)
  2. Remaja (11 - 15 tahun) : 12 Orang (4 Laki - laki, 8 Perempuan)
  3. Mudika (16 - 30 tahun) : 26 Orang (15 Laki - laki, 11 Perempuan)
  4. Dewasa (31 - 60 tahun) : 49 Orang (24 Laki - Laki, 25 Perempuan)
  5. Lansia (Diatas 60 tahun) : 22 Orang (8 Laki - laki, 14 Perempuan)

Pekerjaan :
  1. PNS : 7 Orang
  2. Pegawai Swasta : 13 Orang
  3. Pegawai Wiraswasta : 12 Orang
  4. Lain - Lain : 78 Orang
  5. Tidak diketahui : 11 Orang

Pendidikan :
  1. SD : 11 Orang
  2. SMP : 12 Orang
  3. SMA : 44 Orang
  4. Diploma, Sarjana, S2 : 34 Orang
  5. Lain - lain : 8 Orang
  6. Tidak Diketahui : 12 Orang

Anda dapat mengunduh data selengkapnya disini.

Jumat, 06 November 2009

SITUASI AKTUAL AGUSTINUS

1. Kegiatan yang Ada
  • Sembahyangan lingkungan setiap kamis malam,
  • Latihan koor
  • Pertemuan ibu-ibu WK
2. Prosentase Keaktifan
Untuk prosentase keaktifan lingkungan, kami mengambil sampel sembahyangan lingkungan yang rutin dilakukan setiap kamis malam sebanyak tiga kali. Prosentase pada tanggal 7 Agustus adalah 18,75%, 21 Agustus adalah 21,18%, dan tanggal 28 Agustus adalah 20%. Rata-rata kehadiran selama tiga kali sembahyangan adalah 19,98%.

3. Kepengurusan
  • Ketua : Gregorius Trisaptapriyono
  • Wakil : Krisantus Madyohartono
  • Bendahara : M A Muharti
  • Sekretaris : Honorius Sujarwanto
  • Sie Koor : Modesta Rusmijati Anton Sutejo (pindah)
  • Sie PIA : Yuliana Ida Rianti
  • Sie Liturgi : Yohanes Baptis Sukardi
4. Keprihatinan
  1. Mudika tidak aktif dalam sembahyangan lingkungan
  2. Ada beberapa umat yang tidak pernah aktif dalam sembahyangan lingkungan
  3. Kurang ada respon dari rekan lingkungan se-wilayah saat ada undangan dari lingkungan Agustinus untuk latihan koor bersama
  4. Mudika kurang bisa berkegiatan bersama dengan orang tua karena julah mudika yang sangat sedikit.
5. Kekhasan
  1. Karena berbentuk perumahan, rumah-rumah umat katolik bisa mengelompok (tidak terpencar)
  2. Sembahyangan diisi dengan sharing

SITUASI AKTUAL YOHANES BOSCO

1. Kegiatan yang ada
  • Sembahyangan Lingkungan setiap hari Rabu.
  • Latihan Koor.
  • Pertemuan Ibu - Ibu Wanita Katholik (WK).
2. Prosentase Keaktifan:
Untuk prosentase Keaktifan, kami mengambil kegiatan Sembahyangan rutin setiap hari Rabu sebagai sampel data. Cara menghitungnya adalah dengan membuat persentase jumlah umat yang hadir terhadap total umat se-lingkungan. Kami menggunakan sampel sebanyak 3 kali, sembahyangan tanggal 19 Agustus, 26 Agustus, dan 30 September 2009. Rata-rata prosentase keaktifan sembahyangan Rabu adalah 9,97 %.

3. Kepengurusan:
  • Ketua Lingkungan : F. Himawan E. Wardana
  • Sekretaris : Florentinus Esti Prabowo
  • Bendahara : Bernadia Ninik Susilowati
  • Sie Koor : S. Rini Hastuti, Irwani, Ris Hastuti
  • Sie Liturgi : E. Santoso
  • Sie Prodiakon : E. Santoso, A. Susanto, Fl. Esti P, V. Haryo D.
  • Sie Mudika : Andri Seta Baskara, M. Agrika Sari
  • PIA : M. Agrika Sari, Istingatun.
  • Katekis : Ibu A. S. Budisubroto
  • Sosial Ekonomi : A. Y. Emi Widarti
  • Pangkruti loyo : FX. Mugiman, Ign. Bambang H, Kumoro Sugiri, Ibu Suboko
  • Penghubung : Mudika Lingkungan
  • Tim Kerja Mudika : A. Seto B, M. Agrika Sari, Bayu
4. Keprihatinan
  1. Mudika kurang aktif dalam kegiatan kerohanian, seperti sembahyangan lingkungan, sembahyangan Memule, dan lain- lain.
  2. Kurangnya tenaga penyebar undangan Sembahyangan maupun undangan dari Gereja.
  3. Pertemuan wilayah kurang kompak dalam hal kegiatan kerohanian.
5. Kekhasan
  1. Setiap ada kegiatan sembahyangan Bapak E. Santoso akan mengantar-jemput ibu-ibu yang akan mengikuti sembahyangan yang notabene berusia lanjut dengan mobil colt milik keluarga Markus Sudiro.
  2. Pada saat tugas koor, biasanya lingkungan Yohanes Baptis ikut membantu. Dan pada waktu-waktu tertentu, tugas koor ini melibatkan umat dari segala usia. Usia dewasa dan mudika bernyanyi, anak-anak mengiringi nyanyian dengan alat music kothekan, dan juga ada tim akustik yang terdiri dari tiga orang mudika yang juga turut menjadi pengiring lagu
  3. Ada semacam base camp untuk kegiatan lingkungan. Kebetulan ada sebuah rumah milik salah seorang umat (Bapak Muhadi) yang tidak dipakai. Lantas diputuskan menjadi tempat untuk melaksanakan kegiatan lingkungan dan atau wilayah seperti latihan koor, sembahyangan lingkungan, dan misa lingkungan.

Senin, 26 Oktober 2009

SITUASI AKTUAL YOHANES PEMBAPTIS

1. Kegiatan yang ada
  • Sembahyangan lingkungan setiap kamis malam
  • Latihan koor
  • Pertemuan ibu-ibu WK.
2. Persentase Keaktifan
Untuk persentase keaktifan ini kegiatannya kami klasifikasikan menjadi tiga: sembahyagan rutin sembahyangan ujub, dan sarasehan Bulan Kitab Suci. Cara menghitungnya adalah dengan membuat persentase jumlah umat yang hadir terhadap total umat se-lingkungan. Untuk sembahyangan rutin, kami menggunakan sampel sebanyak 5 dan rata-rata persentasenya adalah 21,82%. Untuk sembahyangan ujub, kami menggunakan sampel sebanyak 2 dan rata-rata persentasenya adalah 26,03%. Untuk sarasehan BKS, selama 4 pertemuan yang ada di tahun 2009, rata-rata persentase kehadirannya adalah 17,77%

3. Kepengurusan
  • Ketua : Matheus Sartono
  • Wakil : Yohanes Mardiyono
  • Bendahara : AG. Sri Surami Djumanto dan CH. Mujirah Sukaryadi
  • Sie liturgi : C. Lely Damayanti, Agnes Ratih Indrayani, dan D. Endah Kurniawati
  • Sie pewartaan : Ag. Sugeng Suka Atmaja, FX. Wagimin, P. Agus Herjaka
  • Pangruti loyo : M. Sutirah Sunarjo, Y. Mardiyono, Ngatirah
  • Humas : Ag.Sugiyarto, A. Dedit Suryo Subroto, P. Widyawan Putra
  • PSE : Fl. Sukaryadi dan A. Sriyati
  • Mudika : Robertus Rastu Dananto
4. Keprihatinan
  1. Mudika tidak aktif dalam semahyangan lingkungan dan kegiatan doa serta kerohanian lingkungan yang lainnya.
  2. Ada beberapa umat yang tidak pernah hadir walau terus-menerus diundang
  3. Kurang antusias saat tugas koor
  4. Kepengurusan belum berjalan secara optimal. Sebagai contoh, jarang ada rapat pengurus secara rutin (masih reaktif)
  5. Doa bertele-tele (lebih baik ada aspek sosialnya)
  6. Sembahyangan seringkali monoton (didominasi ceramah à top down), membosankan, homili terlalu panjang dan tidak fokus
  7. Saat pemandu sembahyangan berbicara, umat justru ngomong sendiri. Akan tetapi saat diberi kesempatan berbicara, tidak ada yang bicara.
5. Kekhasan
  1. Umat di Yohanes Pembaptis ini tidak sulit dimintai dana.
  2. Sembahyangan mingguan menjadi kesempatan melepas rindu diantara umat.
  3. Solidaritas untuk yang sakit cukup tinggi, biasanya diadakan acara menjenguk teman yang sedang sakit segera setelah mendengar kabar.
  4. Kelompok Rosario yang mempererat persaudaraan
  5. Pada saat tugas koor, biasanya lingkungan Yohanes Bosco ikut membantu. Dan pada waktu-waktu tertentu, tugas koor ini melibatkan umat dari segala usia. Usia dewasa dan mudika bernyanyi, anak-anak mengiringi nyanyian dengan alat music kothekan, dan juga ada tim akustik yang terdiri dari tiga orang mudika yang juga turut menjadi pengiring lagu.

SEJARAH WILAYAH MARIA IMMACULATA CORDIS


Perkembangan Awal Iman Katolik di Daerah Bantul Krajan
Iman Katolik bisa bersemi di daerah Bantul Krajan tak lepas dari peran para katekis dan rasul awam. Orang - orang yang dianggap tokoh oleh para narasumber hampir semuanya adalah katekis dan atau guru agama di sekolah. Sebut saja, Bapak dan Ibu Siswoharsono, Bapak Darsowasito, Bapak Santapratiknya, Bapak Sastro, Bapak Hadisujoyo, Bapak Jendroharjoso, Bapak Pujoatmodjo, Bapak Dwijo, Bapak Sugiyo Suparmanyo, Bapak Martasujita, Bapak Wignyasubroto, Bapak Sugeng Sukaatmaja, dan Bapak Pujowiryono. Sebagian besar dari tokoh-tokoh itu berkarya dalam lingkup wilayah Bantul Krajan. Akan tetapi, ada pula katekis yang juga melayani daerah di luar Bantul Krajan, misalnya, Bapak Santapratiknya dan Bapak Siswoharsono. Bapak Santapratiknya juga merangkap sebagai diakon awam (sebutan untuk prodiakon pada masa itu). Kegiatan kerasulan pertama kali dimulai pada tahun 1930-an.
Sebagai seorang katekis, Pak Siswoharsono turut menyebarkan iman di daerah Cepit, Nogosari, Gesikan, Kraduan. Pengajaran agama di daerah Cepit dulu bertempat di rumah orang tua dari Bapak Sudiro. Pak Siswo rutin beberapa kali dalam seminggu datang ke daerah-daerah itu dengan sepeda untuk mengajar agama. Sedangkan Bu Siswoharsono berangkat mengajar dengan berjalan kaki.
Ada pula yang menggunakan kesenian, pertanian, dan koperasi kampung sebagai sarana karya misi. Dalam hal ini kita bisa menyebut Bapak Sastro. Beliau berusaha mengumpulkan orang-orang lewat kesenian wayang wong, karawitan, dan koperasi kampung. Lalu diadakan wucalan agama bagi orang-orang tersebut walau hanya sedikit yang kemudian mengimani Yesus.
Iman juga bersemi melalui pendidikan. Untuk wilayah Bantul Krajan, lembaga yang punya peran cukup besar yaitu SD Kanisius Bantul. Banyak murid SD Kanisius Bantul yang kemudian tertarik menjadi Katolik. SD Kanisius berdiri atas prakarsa Romo-Romo Yesuit. Kepala sekolah SD Kanisius Bantul pernah dijabat oleh Pak Siswo. Beliau mulai menjabat tahun 1929.
Iman Katolik pun mulai bersemi di Bantul Krajan. Akan tetapi saat itu umat Katolik di kawasan Bantul dan sekitarnya belum memiliki gereja. Umat Katolik Bantul baru memiliki gedung gereja pada akhir tahun 1935 setelah membeli rumah administrator pabrik gula dengan perjanjian yang sangat menguntungkan bagi umat Katolik. Pemberkatan gereja dilakukan pada 5 April 1936. Sebelum adanya gedung gereja itu, umat wilayah Bantul Krajan dan sekitarnya mengadakan misa di SD Kanisius Bantul. Kala itu, ruangan-ruangan kelas dibatasi sekat saat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar dan ketika akan digunakan untuk misa, sekat-sekat itu dicopot supaya bisa lebih lapang dalam menampung umat. Umat dalam ekaristi tersebut yang sudah dibaptis baru 30-40 orang, lainnya masih magang. Selain di SD Kanisius Bantul, misa juga sempat dilakukan di rumah Bapak Jendroharjoso (sekarang menjadi kompleks PKU sisi selatan Jalan HOS Cokroaminoto). Saat itu misa hanya dua kali dalam sebulan.

Zaman Penjajahan Jepang
Zaman jepang merupakan masa yang sulit bagi umat Katolik di Bantul Krajan. Beredar isu yang memojokkan umat Katolik. Umat Katolik dianggap anti-jepang. Imam-imam dan katekis-katekis lantas ditangkapi jepang. Salah satunya adalah Bapak Siswoharsono. Beliau bersama sembilan imam dan tiga mantri guru (kepala sekolah) Kanisius ditangkap oleh jepang pada tahun 1942. Selama proses interogasi, pak siswo dan tawanan yang lain mendapat 21 macam siksaan. Sampai-sampai seorang mantri guru meninggal ketika disiksa. Pak Siswo, para romo, dan mantri guru yang masih hidup lalu dibawa ke Jakarta untuk diadili. Di sana mereka divonis hukuman mati dengan dipancung.
Ketika mereka akan dibawa ke tempat eksekusi, tiba-tiba ada telepon yang memerintahkan pembatalan hukuman pancung tersebut. Akhirnya, para imam hanya mendapat hukuman sepuluh tahun penjara dan para mantri guru lima tahun penjara. Sampai sekarang tidak diketahui siapa penelepon misterius itu. Oleh beberapa orang, peristiwa itu dianggap sebagai mukjizat dari Tuhan.
Pada zaman penjajahan itu pula, gedung gereja Bantul dirusak oleh jepang. Misa pun diadakan di rumah Bapak E. Santosa. Lalu pada tahun 1950 tempat ibadat pindah ke rumah Bapak Siswoharsono.

Sejarah pembagian wilayah
Paroki Bantul mulai memiliki pastor tetap sejak tahun 1959. Sebelum memiliki pastor tetap, paroki Bantul dibagi menjadi tiga wilayah: Bantul utara (bakalan-monggang), Bantul selatan (melikan-palbapang), dan Bantul timur (perumahan rakyat-jetis yang berbatasan dengan imogiri). Jadi, pada periode ini, wilayah Bantul Krajan termasuk wilayah Bantul selatan.
Setelah menjadi paroki pada tahun 1959, paroki Bantul dibagi menjadi enam wilayah: cepit, melikan, Bantul Krajan, Palbapang, Bantul timur, dan Gabusan. Saat itu belum ada lingkungan. Wilayah Bantul Krajan hanya terdiri dari daerah yang saat ini menjadi lingkungan Yohanes Baptis dan Yohanes Bosco. Daerah yang saat ini menjadi lingkungan Agustinus, saat itu masih masuk wilayah Bantul timur.
Baru pada tahun 1991 dibentuk yang namanya lingkungan. Paroki Bantul pun dibagi menjadi 18 lingkungan sedangkan jumlah wilayah tetap enam. Pada saat pembentukan lingkungan-lingkungan itu, lingkungan Agustinus diikutkan wilayah Bantul Krajan (maria immaculata cordis). Maka sejak tahun 1991, wilayah maria immaculata cordis terdiri dari tiga lingkungan: Yohanes Baptis, Yohanes Bosco, dan Agustinus. Nama pelindung Yohanes Baptis dan Yohanes Bosco dipilihkan Bapak Sugeng Sukaatmaja.

Regenerasi kepemimpinan
Sejak terbentuk paroki sampai sekarang, sudah ada sebelas ketua wilayah yang memimpin wilayah Maria Immaculata Cordis Bantul Krajan. Urutannya adalah sebagai berikut;
Peristiwa - Peristiwa Penting
1. Berdirinya Sekolah Widya Sanata
Sekolah ini didirikan oleh Bapak Darso, Bapak Widyo Hadimartoyo, dan AS Harjo Sunaryo pada tahun 1960-an. Pada awal mulanya, sekolah ini adalah sekolah setingkat SMP. Tujuan didirikannya sekolah ini adalah agar anak-anak Katolik menjadi cerdas dan imannya berkembang. Sekarang sekolah ini berganti nama menjadi Putra Tama.

2. Berdirinya Radio Putra Tama
Radio ini didirikan pada tahun 1965 oleh Bapak Muhadi (putra Bapak Darso). Pemancar berlokasi di rumah Ibu Prayit. Tujuan didirikannya radio Putra Tama ini adalah untuk mensosialisasikan bahwa orang Katolik juga bisa mengadakan komunikasi dengan umat di mana pun. Penyiar berasal dari kalangan umat Bantul Krajan sendiri yaitu Bapak Parjo Setyo Raharjo. Bapak Parjo menggunakan nama popular Parjo Simamora. Radio tutup karena pemerintah membuat peraturan yang hanya memperbolehkan satu stasiun radio saja yang boleh melakukan siaran di Bantul .
Pada saat masih melakukan siaran, radio putra tama mempunyai banyak program acara antara lain sebagai berikut:
  1. Macapatan dari buku-buku Katolik oleh Bapak Santapratiknya
  2. Pilihan pendengar oleh Bapak Kustantya
  3. Info kegerejaan
  4. Selain program yang khas Katolik, ada juga program yang umum seperti macapat, wayang, dan kethoprak.
3. Munculnya Pangruktilaya
Pangruktilaya atau Pralenan mulai ada pada tahun 1966

4. Berdirinya Bank Sumber Usaha
Bank ini didirikan pada tahun 1968 oleh Bapak H. Mujono. Bapak Mujono juga yang menjadi pimpinan bank ini. Modal didapat dari Romo Hadiwardoyo. Kantor bertempat di rumah Bapak Suryadi. Semua orang Katolik bisa pinjam tanpa jaminan.

Tokoh - Tokoh Penting

Bapak Sukardi


Bapak Eustachius Santosa


Ibu Budi Subroto


Bapak Sugeng Sukaatmaja

Selasa, 22 September 2009

Tata Letak Lingkungan


Keterangan :

1. Agustinus
  • Luas wilayah : 1,58 Km²
  • Jumlah penduduk (Katolik) : 77 orang.
2. Yohanes Baptis
  • Luas wilayah : 3,57 Km²
  • Jumlah penduduk (Katolik) : 121 orang.
3. Yohanes Bosco
  • Luas wilayah : 4,85 Km²
  • Jumlah penduduk (Katolik) : 127 orang.

Sabtu, 12 September 2009

Santo Agustinus

Aurelius Agustinus, Agustinus Hippo ("Yang tahu banyak") (lahir 13 November 354 – wafat 28 Agustus 430 pada umur 75 tahun) adalah seorang santo dan Doktor Gereja yang terkenal menurut Katolik Roma. Ia diakui sebagai salah satu tokoh terpenting dalam perkembangan Kekristenan Barat. Dalam Gereja Ortodoks Timur, yang tidak menerima semua ajarannya, dia biasanya dipanggil "Augustinus Terberkati". Banyak orang Protestan juga menganggap dia sebagai salah satu sumber pemikiran teologis ajaran Reformasi tentang keselamatan dan anugerah. Martin Luther, tokoh gerakan Reformasi, banyak dipengaruhi oleh Agustinus (Luther dilatih sebagai biarawan Augustinian), dan dalam fokus umum Protestanisme, mengikuti Agustinus, dalam dosa asal yang menuntun ke penilaian pesimis dari sebab dan aksi manusia terpisah dari Tuhan.
Tulisan-tulisannya - termasuk Pengakuan-pengakuan Agustinus, yang seringkali disebut sebagai otobiografi Barat yang pertama - masih dibaca luas oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia.
Agustinus merupakan anak tertua dari Santa Monika. Ia dilahirkan pada 354 di Tagaste, sebuah kota di algeria Afrika utara yang merupakan wilayah Romawi saat itu. Ia dibesarkan dan dididik di Karthago, dan dibaptiskan di Italia. Ibunya, Monika, adalah seorang Katolik 1 yang saleh, sementara ayahnya, Patricius seorang kafir, namun Agustinus mengikuti agama Manikean yang kontroversial, sehingga ibunya sangat cemas dan takut.
Pada masa mudanya, Agustinus hidup dengan gaya hedonistik untuk sementara waktu. Di Karthago ia menjalin hubungan dengan seorang perempuan muda yang selama lebih dari sepuluh tahun dijadikannya sebagai istri gelapnya, yang kemudian melahirkan seorang anak laki-laki baginya. Pendidikan dan karier awalnya ditempuhnya dalam filsafat dan retorika, seni persuasi dan bicara di depan publik. Ia mengajar di Tagaste dan Karthago, namun ia ingin pergi ke Roma karena yakin bahwa di sanalah para ahli retorika yang terbaik dan paling cerdas berlatih (belakangan ia menyadari bahwa orang-orang di Roma menolak untuk membiayainya). Namun demikian Agustinus kemudian kecewa dengan sekolah-sekolah di Roma, yang dirasakannya menyedihkan. Sahabat-sahabatnya yang beragama Manikeanis memperkenalkannya kepada kepala kota Roma, Simakhus, yang telah diminta untuk menyediakan seorang dosen retorika untuk istana kerajaan di Milano.
Pemuda dari desa ini mendapatkan pekerjaan itu dan berangkat ke utara untuk menerima jabatan itu pada akhir tahun 384. Pada usia 30 tahun, Agustinus mendapatkan kedudukan akademik yang paling menonjol di dunia Latin, pada saat ketika kedudukan demikian memberikan akses ke jabatan-jabatan politik. Namun demikian, Agustinus merasakan ketegangan dalam kehidupan di istana kerajaan. Suatu hari ia mengeluh ketika sedang duduk di keretanya untuk menyampaikan sebuah pidato penting di hadapan kaisar, bahwa seorang pengemis mabuk yang dilewatinya di jalan ternyata hidupnya tidak begitu diliputi kecemasan dibandingkan dirinya.
Monika, ibunya, mendesaknya agar ia menjadi seorang Katolik, namun uskup Milano, Ambrosiuslah, yang mempunyai pengaruh yang paling mendalam terhadap hidupnya. Ambrosius adalah seorang jagoan retorika seperti Agustinus sendiri, namun lebih tua dan lebih berpengalaman. Sebagian karena khotbah-khotbah Ambrosius, dan studi-studinya yang lain, termasuk suatu pertemuan yang mengecewakannya dengan seorang tokoh teologi Manikean, Agustinus beralih dari Manikeanisme. Namun bukannya menjadi Katolik seperti Ambrosius dan Monika, ia malah mengambil pendekatan Neoplatonis kafir terhadap kebenaran, dan mengatakan bahwa selama beberapa waktu ia merasakan bahwa ia benar-benar mengalami kemajuan di dalam pencariannya, meskipun pada akhirnya ia justru menjadi seorang skeptik.
Ibunda Agustinus menyusulnya ke Milano dan ia membiarkan ibunya mengatur sebuah pernikahan untuknya. Untuk itu ia meninggalkan istri gelapnya. (Namun ia harus menunggu dua tahun hingga tunangannya cukup umur, sementara itu ia menjalin hubungan dengan seorang perempuan lain). Pada masa itulah Agustinus dari Hippo mengucapkan doanya yang terkenal, "Berikanlah daku kemurnian dan penguasaan diri, tapi jangan dulu" [da mihi castitatem et continentiam, sed noli modo].
Pada musim panas tahun 386, setelah membaca riwayat hidup St. Antonius dari Padang Pasir yang sangat memukaunya, Agustinus mengalami suatu krisis pribadi yang mendalam dan memutuskan untuk menjadi seorang Kristen. Ia meninggalkan kariernya dalam retorika, melepaskan jabatannya sebagai seorang profesor di Milano, dan gagasannya untuk menikah (hal ini menyebabkan ibunya sangat terperanjat), dan mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk melayani Allah dan praktik imamat, termasuk selibat.
Sebuah pengalaman penting yang mempengaruhi pertobatannya ini adalah suara dari seorang gadis kecil yang didengarnya pada suatu hari menyampaikan pesan kepadanya melalui sebuah nyanyian kecil untuk "Mengambil dan membaca" Alkitab. Pada saat itu ia membuka Alkitab dengan sembarangan dan menemukan sebuah ayat dari Paulus. Ia menceritakan perjalanan rohaninya dalam bukunya yang terkenal Pengakuan-pengakuan Agustinus yang kemudian menjadi sebuah buku klasik dalam teologi Kristen maupun sastra dunia. Ambrosius membaptiskan Agustinus pada hari Paskah pada 387, dan tak lama sesudah itu pada 388 ia kembali ke Afrika. Dalam perjalanan ke Afrika ibunya meninggal, dan tak lama kemudian anak laki-lakinya, sehingga ia praktis sendirian di dunia tanpa keluarga.
Setelah kembali ke Afrika utara, ia membangun sebuah biara di Tagaste untuk dirinya sendiri dan sekelompok temannya. Pada 391 ia ditahbiskan menjadi seorang imam di Hippo Regius, (kini Annaba, di Aljazair). Ia menjadi seorang pengkhotbah terkenal (lebih dari 350 khotbahnya yang terlestarikan diyakini otentik), dan dicatat karena melawan ajaran sesat Manikeanisme, yang pernah dianutnya.
Pada 396 ia diangkat menjadi pendamping uskup di Hippo (pembantu dengan hak untuk menggantikan apabila uskup yang menjabat meninggal dunia), dan tetap sebagai uskup di Hippo hingga kematiannya pada 430. Ia meninggalkan biaranya, namun tetap menjalani kehidupan biara di kediaman resminya sebagai uskup. Ia meninggalkan sebuah Buku Aturan (bahasa Latin Regula) untuk biaranya yang membuat ia digelari sebagai "santo pelindung dari rohaniwan biasa," artinya, imam praja yang hidup dengan aturan-aturan biara.
Agustinus meninggal pada 28 Agustus 430, ketika Hippo dikepung oleh bangsa Vandal. Konon ia telah menganjurkan warga kota itu untuk melawan para penyerang, terutama berdasarkan alasan karena bangsa Vandal itu menganut ajaran sesat Arian.
Agustinus tetap merupakan seorang figur pusat, baik dalam Kristen maupun dalam sejarah pemikiran Barat. Dalam argumen filsafat dan teologinya, dia banyak dipengaruhi oleh Platonisme dan Neoplatonisme, terutama oleh karya Plotinus, penulis Enneads, kemungkinan melalui perantaraan Porfiri dan Victorinus (seperti dalam argumen Pierre Hadot). Pandangannya yang umumnya positif terhadap pemikiran Neoplatonik ikut menolong "dibaptiskannya" pemikiran Yunani dan masuknya ke dalam tradisi Kristen dan kemudian tradisi intelektual Eropa. Tulisan awalnya yang berpengaruh tentang kehendak manusia, sebuah topik sentral dalam etika, kelak menjadi fokus bagi para filsuf berikutnya seperti Arthur Schopenhauer dan Friedrich Nietzsche.
Berdasarkan argumen Agustinus melawan Pelagius, yang tidak percaya akan dosa asal, Kekristenan Barat telah mengembangkan doktrin tentang dosa asal tersebut. Namun, para teolog Ortodoks Timur, meskipun mereka percaya bahwa semua umat manusia telah dirusakkan oleh dosa asal Adam dan Hawa, berbeda pendapat dengan Agustinus dalam doktrin ini, dan karena itu memandang ajarannya ini sebagai salah satu penyebab perpecahan antara Timur dan Barat.
Tulisan-tulisan Agustinus ikut merumuskan Doktrin tentang Perang yang Sah. Dia juga menganjurkan penggunaan kekerasan dalam melawan kaum Donatis, sambil bertanya, "Mengapa ... Gereja tidak boleh menggunakan kekerasan dalam memaksa anak-anaknya untuk kembali, bila anak-anaknya yang tersesat itu memaksa orang-orang lain sehingga menyebabkan kehancuran mereka?" (The Correction of the Donatists, 22–24)
Karya Agustinus, Kota Allah, sangat mempengaruhi karya Wincenty Kadlubek dan Stanislaw of Skarbimierz mengenai hubungan antara penguasa dan warganya yang menyebabkan penciptaan Demokrasi Nobel dan "De optimo senatore" oleh Wawrzyniec Grzymala Goslicki.
St. Thomas Aquinas meminjam banyak dari teologi Agustinus dan menciptakan sintesis uniknya sendiri tentang pemikiran Yunani dan Kristen setelah banyak dari karya Aristoteles ditemukan kembali.
Meskipun doktrin Agustinus tentang predestinasi ilahi tidak sama sekali dilupakan dalam Gereja Katolik, doktrin ini diungkapkan dengan indah dalam karya Bernard dari Clairvaux, para teolog Reformasi seperti Martin Luther dan Yohanes Calvin akan menengok kembali kepada Agustinus sebagai inspirasi untuk memahami Injil Alkitab. Belakangan, di lingkungan Gereja Katolik tulisan Cornelius Jansen yang banyak sekali dipengaruhi oleh Agustinus, akan membentuk dasar dari gerakan yang disebut sebagai Jansenisme. Beberapa Jansenis bertindak sampai ke skisma dan membentuk gereja mereka sendiri.
Agustinus dikanonisasi oleh pengakuan populer dan dikenal sebagai Doktor Gereja pada 1303 oleh Paus Bonifatius VIII. Hari perayaannya adalah 28 Agustus, hari dimana diperkirakan dia meninggal. Dia dianggap sebagai santo pelindung dari pembuat bir, pencetak, teolog, mata yang bengkak, dan sejumlah kota dan keuskupan.
Bagian belakangan dari karya Agustinus Pengakuan-pengakuan terdiri dari sebuah meditasi yang panjang tentang hakikat waktu. Para teolog Katolik umumnya mengikuti keyakinan Agustinus bahwa Allah hadir di luar waktu dalam "masa kini yang kekal"; bahwa waktu hanya ada di dalam alam ciptaan.
Meditasi Agustinus tentang hakikat waktu terkait erat dengan pertimbangannya tentang daya ingat manusia. Frances Yates dalam studinya pada 1966, The Art of Memory (Seni Daya Ingat) berkata bahwa paragraf singkat dari Pengakuan-pengakuan, X.8.12, di mana Agustinus menulis tentang orang yang menaiki tangga dan memasuki suatu bidang ingatan yang sangat luas (lihat teks dan komentar) jelas menunjukkan bahwa orang-orang Romawi kuno sadar tentang bagaimana menggunakan metafora ruang dan arsitektural sebagai suatu teknik mnemonik untuk mengorganisasi khazanah informasi yang besar jumlahnya. Beberapa filsuf Prancis berpendapat bahwa teknik ini dapat dilihat sebagai nenek moyang konseptual dari paradigma antarmuka pengguna tentang realitas maya.
Menurut Leo Ruickbie, argumen Agustinus melawan magi, yang membedakannya dengan mujizat, sangat penting dalam perjuangan Gereja perdana dalam melawan kekafiran dan menjadi tesis sentral dalam penolakannya terhadap para dukun dan perdukunan.

Yohanes Bosco

Santo Yohannes Bosco (16 Agustus 1815 - 31 Januari 1888) atau lebih akrab dipanggil Don Bosco, sering dijuluki sebagai 'Bapak kaum muda', adalah seorang pendidik dan pastur. Ia mendirikan Kongregasi istimewa untuk melayani kaum muda yang bernama Serikat Salesian. Nama tersebut diambil atas St. Fransiskus dari Sales, supaya mereka meneladani kebaikan hati dan kelemahlembutannya. Kini Kongregasi ini tersebar diseluruh dunia dan mengelola berbagai lembaga pendidikan khususnya dibidang pertukangan.
Pengalaman hidupnya membuat dia bertekad untuk menjadi bapak, sahabat dan guru bagi anak-anak yang diasuhnya. Ia kehilangan ayahnya, kehilangan Luigi Comollo sahabat karibnya dan kehilangan Don Calosso yang menjadi gurunya. Karena itu selain dijuliki sebagai 'Bapak Kaum Muda', Don Bosco juga dijuliki sebagai 'Bapa, Guru dan Sahabat kaum muda'.
Yohanes Bosco merupakan satu-satunya Orang Kudus (Santo) yang mempunyai hampir 20 orang pengikut berusia muda (kurang dari 20 tahun) yang diakui oleh gereja dan sedang menjalani proses untuk menjadi orang kudus. Tidak heran jika gereja pun mengangkatnya sebagai Pelindung Kaum Muda.
Salah satu pengikut dari Don Bosco yang cukup terkenal adalah St. Dominic Savio yang merupakan Orang Kudus non-martir yang paling muda usianya ketika ia wafat. Dominic Savio wafat ketika berusia 14 tahun dan merupakan salah seorang murid yang mendapat pengajaran langsung dari Yohanes Bosco. Salah satu orang kudus lain yang menjadi pengikut dari Yohanes Bosco adalah Laura Carmen Vicuna yang lebih dikenal dengan Laura Vicuna yang juga wafat pada usia 13 tahun.
Santo Yohannes Bosco dilahirkan di desa Becchi dekat Castelnuovo, Keuskupan Turin - Italia pada tanggal 16 Agustus 1815. Ayahnya meninggal waktu ia masih kecil, sehingga ia mengalami masa kecil yang prihatin.
Di kala muda, ia sering mengumpulkan anak-anak, maka setelah ditahbiskan menjadi Imam pada usia 26 tahun, ia mempersembahkan segala tenaganya untuk mendidik kaum muda yang terlantar di kotanya.
Pada suatu pagi, Bosco bersiap-siap merayakan Ekaristi, lalu seorang anak gelandangan masuk. Ia mendekatinya dan minta supaya menunggu sampai Misa selesai. Lalu Bosco menanyakan banyak hal kepada anak itu, seperti nama, asal, mengapa datang, apakah mengenal Yesus dan sebagainya. Anak itu amat senang karena mendapat perhatian, lalu berjanji akan datang lagi. Beberapa hari kemudian, anak itu kembali membawa teman-teman gelandangan lain. Pakaian mereka kumal dan wajah lesu karena perut kosong; dan tak pelak lagi tutur kata mereka serba kasar dan kurang sopan. Namun Bosco menerima mereka dengan tangan terbuka. Itulah karya awal Bosco dengan anak-anak terlantar yang kian hari kian bertambah banyak. Ratusan anak muda setiap hari berkumpul di kapel; dan malam hari mereka menuntut ilmu di sekolah yang dibuka khusus untuk mereka.
Dengan pandangan praktis namun penuh humor, ia berhasil menjadi pendidik sejati yang tidak bertolak pada teori buku-buku, tetapi lebih kepada kebutuhan konkret karena mengerti jiwa kaum muda. Ia membimbing kaum muda dengan tegas tanpa kekerasan, yaitu dengan mengikut sertakan mereka dalam usaha saling mendidik.
Karena keletihan dengan kerjanya yang tak kunjung habis, Don Bosco meninggal pada tanggal 31 Januari 1888 di Turin. Dia diumumkan Venerabel oleh Paus Piux X pada 1907, diberkati oleh Paus Pius XI pada 1929, dan dikanonisasi oleh Pius XI pada 1 April 1934.

Yohanes Pembaptis

Yohanes Pembaptis adalah anak dari Elisabet, saudara sepupu Maria, ibu Yesus. ayahnya, Zakharia adalah seorang imam. Dalam Katolik, Yohanes disimbolkan dengan seorang pertapa mengenakan pakaian dari bulu domba yang sedang berkhotbah dan bersanding dengan seekor domba dan tanggal peringatannya adalah 24 Juni dan 29 Agustus. Dalam agama Islam, Yohanes dikenal sebagai Nabi Yahya. Yohanes diberi gelar Pembaptis karena pekerjaannya yaitu membaptis orang-orang Israel untuk mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus. Setelah Yesus, yang berusia sepadan dengan Yohanes, berumur 30 tahun dan akan memulai pelayananNya, maka Ia mendatangi Yohanes untuk dibaptiskan. Kelahiran Yohanes Pembaptis tercantum dalam Injil Lukas pasal pertama. Awalnya pasangan Elisabet dan Zakharia tidak dikaruniai anak, karena Elisabet mandul.
Suatu hari Zakharia bertugas membakar ukupan diBait Allah. Tiba-tiba malaikat Gabriel menampakkan diri kepadanya dan memberitahukan bahwa Tuhan akan mengaruniakan anak laki-laki padanya yang akan dinamai Yohanes dan banyak orang akan bersuka cita atas kelahirannya. Anak itu akan menyiapkan umat Israel untuk menyambut datangnya Mesias. Zakharia tidak percaya karena Elisabet dan dirinya sudah lanjut. Karena itu ia menjadi bisu sampai anaknya lahir. Yohanes adalah utusan Allah yang mendahului Yesus. Yesus mengatakan: "Di antara mereka yang dilahirkan oleh wanita tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis." (Matius 11:11). Masa kecil Yohanes tidak banyak diketahui, kecuali ketika masih dalam kandungan Elisabet, ia melonjak kegirangan sewaktu Maria berkunjung ke rumah ibunya.
Kira-kira pada usia 27 tahun Yohanes muncul sebagai pengkhotbah di tepi Sungai Yordan dan berseru, "Bertobatlah kerajaan Allah sudah dekat!". Kemudian masyarakat mengaku dosa dan bersedia dibaptis oleh Yohanes. Ketika orang menanyakan siapakah dirinya ia menjawab,"Akulah suara yang berseru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! Aku membaptis kamu dengan air. Tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal. Dia yang datang kemudian daripadaku. Membuka tali kasutNya pun aku tak pantas". Yohanes memiliki banyak pengikut, termasuk orang-orang yang kemudian dipilih Yesus menjadi rasulNya. Yesus sendiri meminta untuk dibaptis olehnya. Ketika itu Yohanes berseru,"Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia!" Dan dari surga berseru pula suara,"Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan!".
Tak lama setelah pembaptisan Yesus, Yohanes dipenjarakan karena mengecam pernikahan Raja Herodes Antipas dengan Herodias, isteri saudara sepupunya. Pada suatu pesta di istana, Herodes sangat bersukaria atas tarian Salome, isteri saudaranya, dan berjanji akan memberikan apa saja yang diminta. Herodias menuntut kepada Yohanes dan Herodes pun memerintahkan untuk memenggal Yohanes. Kisah ini tercatat dalam ketiga Injil Sinoptik: Matius 14:1-12, Markus 6:14-29, dan Lukas 9:7-9